Membaca Kosmos

Konon akar semua ilmu bermula dari pengamatan pola atas fenomena keseharian manusia. Kapan banjir tahunan sungai nil datang, kapan datang rusa, kapan bison melintasi jalur migrasi besar, juga kapan panen biji dan buah dari pepohonan untuk diambil manfaatnya. Semua punya pola dan urutan tertentu. Dan semua itu bisa ditarik ke kerangka acuan dari pergerakan benda-benda langit: matahari, bulan, bintang sirius, rasi bintang, dan planet-planet. Acuan tersebut menjadi dasar fenomena musim dan iklim, yang kemudian menentukan cara hidup sekelompok manusia: bagaimana satu peradaban mengorganisasikan dirinya.

Apa elemen dasar dari pola teratur yang dalam bahasa Yunani berjuluk kosmos ini? Jawabannya tentu data. Dari sinilah asal ilmu astronomi, matematika, sekaligus huruf dan bilangan bermula. Semua diarahkan untuk membaca pola. Data-data itu ditulis dan dibukukan agar bisa dikenali dan diwarisi ke generasi selanjutnya.

Dari ketentuan bahwa semua hal memiliki pola atau aturannya, manusia lantas bisa menghayati sang Pencipta yang Membuat Pola tersebut. Penghayatan atas putaran benda-benda langit yang benderang manakala gelap tanpa awan mengambil alih, dengan sendirinya membuat manusia tak berdaya bak zarah dalam kekuatan Maha Besar. Itulah cita rasa spiritual yang hakiki.

Alkisah, Kepler merupakan seorang beriman dengan pijakan kuat yang hidup dengan penuh penghayatan. Baginya, semesta punya aturan dan pola. Tesisnya ihwal jarak planet-planet ––saat itu baru dikenal enam planet–– ke matahari akan mengikuti pola dari struktur benda padat sempurna Pythagorean. Tentu, asumsi ini bermula dari keimanan bahwa Tuhan Pencipta semesta bekerja dengan hukum tertentu. Hasrat untuk mengetahui hukum Ilahi inilah yang kemudian mendasari kerja sains seorang Kepler.

Untuk mendukung tesisnya itu, Kepler butuh data pergerakan planet dalam rentang yang panjang. Data tersebut hanya dimiliki oleh seorang matematikawan Istana kaisar Roma suci di Denmark bernama Tycho Brache. Tycho sendiri merupakan seorang pengamat dan pencatat handal. Dengan ketekunan dan dukungan kekayaannya, Tycho mencatat pergerakan benda langit selama hampir 35 tahun ––sebuah kerja yang konsisten dan terhormat. Asumsi umum yang meluas saat itu merujuk kepada teori yang menyatakan bahwa semua benda langit bergerak dengan bentuk ideal, yakni lingkaran sempurna.

Singkat kata, Tycho dan Kepler melakukan kerja sama. Satunya pengamat dan pencatat ulung, dan seorang lainnya merupakan perumus teoritis besar di zamannya. Kepler menghitung sampai 70 kali lebih jarak dan orbit planet Mars. Selama tiga tahun perhitungan itu, asumsi bahwa planet mars bergerak dengan bentuk lingkaran sempurna serta merta terbantahkan oleh data-data Tycho.

Hitungan kesalahannya sampai delapan menit. Apakah dia lantas menyerah lalu membuang keyakinannya bahwa semua hal mengandung hukum Tuhan? Tentu tidak. Karena, pada akhirnnya, dia menemukan pola lain, bahwa semua planet bergerak secara elips dengan matahari sebagai pusatnya yang kemudian dikenal dengan hukum Kepler.

Coba kita bayangkan sebuah kerja panjang ini: mulai dari pengumpulan data selama 35 tahun, perhitungan selama 3 tahun, sampai akhirnya berbuah manis dengan tersingkapnya sebuah hukum dari misteri yang Tuhan gelar di semesta ini. Penghayatan dan iman hakiki menyertai kerja sains ini. Kepler mencoba untuk menyingkap dan membaca hukum Ilahi serta mengungkap pola semesta.

Dari iman ini kemudian muncul insight yang membentuk inspirasi, lantas bergerak tangan untuk mencipta, mencatat, menghitung, dan menghasilkan karya dengan penuh integritas, ulet, tekun, jujur, dan terampil. Ujungnya, Tuhan mengganjar kita dengan keimanan yang bertambah tebal atas tersingkapnya secuplik wajah Dia di alam ini, lewat karya yang bermaslahat bagi umat manusia dan menjadi rahmatan lil alamin.***

Author Profile

Deden Himawan
Deden HimawanPerumus dan pendiri Walungan
Ketua Walungan. Meraih gelar sarjana dari jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung pada tahun 2000. Tertarik pada bidang sosial-budaya, isu-isu lingkungan dan pembangunan wilayah.

Post a comment

Discover more from Walungan

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading