Teh adalah salah satu minuman yang dicintai banyak orang di dunia. Pada milenium ketiga ini, The Global Tea Report 2024 menyatakan bahwa produksi teh global pada tahun 2023 mencapai 6,6 juta ton dengan tingkat konsumsinya mencapai 6,21 juta ton. Tercatat, sekitar 2,3 hingga tiga milyar cangkir teh diminum setiap harinya di seluruh dunia. Lalu, seberapa baik teh bagi kesehatan manusia? Apa saja khasiatnya bagi tubuh? Bagaimana cara mengkonsumsi teh dengan baik?
Sejarah dan Jenis Teh
Alkisah, kronik tradisional Tiongkok menyebutkan bahwa teh ditemukan oleh Kaisar Shen Nung pada 2737 SM.1 Shen Nung merupakan tokoh semi-legendaris Tionghoa yang berjuluk Kaisar Pertanian atau Bapak Pengobatan Tiongkok karena kerap menguji tanaman obat untuk umat manusia. Pada suatu hari, dikisahkan bahwa daun sebuah pohon yang dikaitkan dengan tanaman teh jatuh ke dalam wadah berisi air mendidih yang tengah disiapkan oleh Shen Nung. Dia pun meminum air tersebut dan merasakan efek menyegarkan. Kisah lainnya, minuman tersebut turut menetralkan racun yang tengah diujikan kepada tubuh Shen Nung.
Bukti arkeologis tentang teh di Tiongkok baru ditemukan pada masa Dinasti Han. Studi Analisis Kimia pada tahun 2016 pada material yang ditemukan di makam Han Yangling mengidentifikasi sisa-sisa daun yang secara biomolekuler cocok dengan genus Camellia2, yaitu teh. Makam tersebut dibangun untuk Kaisar Jing dari Dinasti Han yang hidup pada periode 188-141 SM. Hal ini memperlihatkan bahwa daun teh telah digunakan pada masa Dinasti Han di tingkat istana dan disertakan dalam persembahan pemakaman.
Tanaman teh berasal dari Yunnan, Tiongkok. Tanaman ini bisa tumbuh hingga 6-9 meter. Hanya saja, untuk memudahkan pemetikan, tanaman ini dipangkas hingga memiliki tinggi satu meter. Pemangkasan tanaman dilakukan secara berkala. Adapun daun teh bisa dipetik terus menerus ketika tanaman berusia lebih dari lima tahun.3
Sebelum bisa dikonsumsi, daun teh harus melalui beberapa tahapan pemrosesan, yaitu: pemetikan, pelayuan, penggulungan, fermentasi, dan pengeringan. Adapun ragam jenis teh ditentukan oleh tingkat fermentasi. Setidaknya, ada lima jenis teh berdasarkan tingkat fermentasi tersebut. Pertama adalah teh hitam yang mengalami proses fermentasi secara penuh, sekitar 70-100 persen. Rasanya cukup kuat dengan warna seduhannya cokelat gelap atau merah tua.
Kedua adalah teh Oolong dengan tingkat fermentasi parsial, sekitar 20-70 persen. Rasanya cukup kompleks dengan warna seduhannya kuning keemasan hingga oranye. Ketiga adalah teh hijau dengan proses fermentasinya dihentikan secara cepat. Rasanya cukup segar dan sedikit sepat dengan warna seduhannya hijau kekuning-kuningan. Keempat adalah teh putih yang tidak mengalami proses fermentasi sama sekali. Rasanya sangat ringan dan manis alami dengan warna seduhan pucat keemasan. Kelima adalah teh Pu-erh yang proses fermentasinya menggunakan mikroba alami selama bertahun-tahun. Rasanya sangat lembut dan menenangkan dengan warna seduhannya cokelat gelap hingga hampir hitam.
Kandungan Bioaktif dalam Teh
Teh mengandung polifenol, terutama katekin dan theaflavin, yang berperan sebagai antioksidan kuat. Teh hijau kaya akan epigallocatechin gallate (EGCG), yaitu senyawa yang telah dikaitkan dengan penurunan kolesterol LDL, peningkatan fungsi endotel, dan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular dan kanker.4
Secangkir teh hijau mengandung 30-42 persen katekin dan 3-6 persen kafein. Polifenol teh hijau dan teh hitam mirip, tapi flavonoidnya berbeda karena tingkat oksidasi dalam proses pengolahannya.5 Kafein bekerja bersama L-theanine untuk meningkatkan fokus, tetapi juga dapat mengganggu penyerapan nutrien tertentu. Batas aman untuk konsumsi kafein dalam sehari adalah kurang dari 750 mg, atau setara dengan 5 cangkir teh berukuran 200 ml.
Metabolisme dan Bioavailabilitas Teh
Setelah diseduh dan diminum, senyawa aktif teh diserap di usus kecil. Di sini, terjadi proses metabolisme oleh enzim menjadi bentuk terkonjugasi. Senyawa yang tidak diserap akan dicerna oleh mikroba usus menjadi valerolactones yang kembali diserap di hati dan diolah menjadi polifenol bebas (kurang dari dua persen) dan polifenol terkonjugasi (lebih dari 98 persen). Polifenol terkonjugasi inilah sebagai zat yang siap dipakai di dalam tubuh bersama sedikit valerolactones masuk ke saluran darah.6 Polifenol kemudian didistribusikan ke jaringan, seperti: otak untuk mengurangi risiko kanker dan alzheimer, jaringan adiposa untuk mengurangi kadar LDL dan resistensi insulin, serta paru-paru untuk membantu oksigenasi.7
Penyerapan katekin di usus kecil tergolong rendah. Adapun sebagian besar katekin diserap di usus besar dan diubah oleh mikroflora menjadi asam aromatik. Konsentrasi plasma setelah konsumsi teh hijau atau teh hitam sangat rendah (EGC & EC: 0,26-0,75%; EGCG & ECG: 0,07-0,20%). Adapun konsentrasi plasma tertinggi setelah dosis tunggal EGCG mencapai 6,35 μM. Katekin utamanya diekskresikan melalui empedu dan urin dengan pemulihan dalam urin hanya 0,5-6%. Waktu paruh flavonol sekitar 2-3 jam, kecuali EGCG yang dieliminasi lebih lambat.8
Teh dan Kanker
Epigallocatechin gallate dalam teh dapat menghambat proliferasi sel kanker, angiogenesis (pembentukan pembuluh darah tumor), serta menstimulasi apoptosis (kematian sel abnormal). Konsumsi teh hijau juga dikaitkan dengan penurunan risiko kanker paru, hati, pankreas, dan usus besar, baik pada perokok maupun non-perokok. Konsumsi teh hitam panas dan kulit jeruk secara rutin dikaitkan dengan penurunan risiko karsinoma sel skuamosa kulit (kanker kulit). Kendati demikian, konsumsi teh bukanlah terapi utama dan tetap, tetapi harus didukung dengan pola hidup sehat serta pemeriksaan medis berkala. Faktor seperti konsentrasi teh, lama penyeduhan, dan suhu minuman berpengaruh terhadap efek protektif teh. Senyawa bioaktif teh seperti polifenol, terutama EGCG, berfungsi sebagai antioksidan kuat.9
Teh dan penyakit kardiovaskular
Sejak lama, teh dikenal dengan manfaatnya terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kandungan theaflavin dan katekin dalam teh berperan dalam menurunkan tekanan darah, kadar lipid, serta memberikan efek antioksidan dan antiinflamasi. Selain itu, senyawa ini juga mendukung fungsi endotel vaskular, menghambat pembentukan pembuluh darah baru (antiangiogenesis), mencegah aterosklerosis dan trombosis, serta bersifat protektif terhadap otot jantung. Manfaat ini berkaitan erat dengan pencegahan penyakit jantung koroner.10
Konsumsi teh secara rutin juga dikaitkan dengan penurunan risiko stroke iskemik dan hemoragik. Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa konsumsi lebih dari tiga cangkir teh per hari dapat menurunkan risiko stroke hingga 21 persen dibandingkan dengan konsumsi kurang dari satu cangkir teh per hari. Efek protektif ini akan lebih optimal jika teh dikonsumsi tanpa tambahan gula serta diiringi pola makan rendah lemak jenuh dan aktivitas fisik yang cukup.
Teh dan diabetes mellitus
Teh, khususnya teh hijau, berpotensi mencegah diabetes melitus tipe 2. Kandungan EGCG dalam teh hijau dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan memperbaiki fungsi sel beta pankreas yang berperan dalam produksi insulin. Hal ini membantu menjaga kadar glukosa darah tetap stabil, terutama setelah makan.
Selain itu, teh juga memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi yang dapat meredakan stres oksidatif, yaitu faktor yang memperburuk kondisi diabetes. Berbagai studi menunjukkan bahwa konsumsi teh secara rutin dapat menurunkan risiko berkembangnya diabetes tipe 2, terutama jika dikombinasikan dengan gaya hidup sehat.
Agar manfaatnya maksimal, teh sebaiknya dikonsumsi tanpa tambahan gula atau pemanis buatan. Individu dengan diabetes disarankan memilih teh hijau atau oolong yang diseduh secara alami. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa kafein dapat berdampak berbeda kepada setiap individu, dan kepada sebagian orang justru dapat memicu lonjakan kadar gula darah.11
Secara keseluruhan, dampak teh terhadap gula darah, antara lain: menurunkan kadar glukosa darah puasa, meningkatkan respon insulin paska makan, serta menjaga stabilitas glukosa darah. Adapun mekanismenya, antara lain: menurunkan resistensi insulin, meningkatkan fungsi endotel, serta mengurangi stres oksidatif dan inflamasi ringan. Sedangkan rekomendasi konsumsi teh, yaitu: 2-3 cangkir teh per hari, pilihannya adalah teh hijau atau oolong, serta menghindari konsumsi teh saat perut kosong dan terlalu dekat dengan waktu minum obat atau suplemen zat besi.
Teh dan Kesehatan Tulang
Meskipun memiliki berbagai manfaat, tetapi mengkonsumsi teh secara berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan tulang. Bila dikonsumsi dalam jumlah yang besar, kandungan oksalat dalam teh dapat menghambat penyerapan kalsium dan berisiko menurunkan kepadatan tulang yang berujung kepada osteoporosis. Oleh karena itu, konsumsi teh sebaiknya dibatasi 2-3 cangkir per hari serta diimbangi dengan asupan kalsium yang cukup dari sumber lain.
Di sisi lain, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau lebih dari tiga cangkir per hari dapat menurunkan risiko radang sendi pada wanita lanjut usia. Polifenol dalam teh hijau mampu meningkatkan kapasitas antioksidan tubuh, menstimulasi osteoblas (sel pembentuk tulang), dan menekan aktivitas osteoklas (sel perombak tulang). Kombinasi ini dapat meningkatkan kekuatan serta kepadatan tulang dan menurunkan risiko patah tulang. Namun, individu dengan risiko gangguan tulang tetap disarankan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum menjadikan teh sebagai konsumsi rutin.12
Teh Herbal
Teh herbal merupakan pilihan ideal bagi individu yang menghindari kafein. Berbeda dari teh yang berasal dari daun Camellia sinensis, teh herbal dibuat dari berbagai bagian tanaman, seperti: bunga, daun, akar, atau buah, yakni: chamomile, peppermint, rosella, jahe, atau serai. Khasiat chamomile adalah membantu tidur lebih nyenyak, peppermint mampu meredakan gangguan pencernaan, serta rosella kaya vitamin C dan antioksidan.
Teh herbal aman dikonsumsi kapan pun karena tidak mengandung kafein, termasuk pada malam hari. Meskipun demikian, penggunaannya tetap perlu diperhatikan, terutama bagi ibu hamil, penderita alergi, atau mereka yang sedang mengkonsumsi obat tertentu. Konsultasi dengan tenaga medis sangat dianjurkan sebelum menjadikan teh herbal sebagai minuman rutinitas harian.13
Kesimpulan
Teh bukan sekadar minuman penyegar, melainkan juga memiliki berbagai manfaat kesehatan yang didukung bukti ilmiah. Konsumsi teh secara teratur dalam jumlah yang wajar dapat meningkatkan kesehatan jantung, metabolisme, sistem imun, fungsi hati dan ginjal, hingga perlindungan saraf dan pencegahan kanker. Disarankan untuk mengkonsumsi 2-3 cangkir teh per hari. Teh sebaiknya diminum pada pagi hari untuk meningkatkan fokus, atau sore hari untuk relaksasi. Hindari konsumsi teh berkafein tinggi, seperti: teh hitam pada malam hari. Penggunaan pemanis, susu kental manis, atau gula sebaiknya dibatasi karena dapat menurunkan manfaat teh. Sebagai alternatif, gunakan sedikit madu jika dibutuhkan.***
- Bruutea.co.uk ↩︎
- nature.com/articles/srep18955 ↩︎
- kew.org/plants/tea-plant ↩︎
- Joshua and Yang. Mechanisms of Cancer Prevention by Tea Constituents. 2003 https://doi.org/10.1093/jn/133.10.3262S ↩︎
- Khan and Mukhtar. Tea and health: Studies in human. 2013. 10.2174/1381612811319340008 ↩︎
- Zhuo-Yu Cai et al., Bioavailability of Tea Catechins and Its Improvement. 2018. https://doi.org/10.3390/molecules23092346 ↩︎
- Hodgson et al., The Effect of Green Tea Extract on Fat Oxidation at Rest and during Exercise: Evidence of Efficacy and Proposed Mechanisms. 2013. https://doi.org/10.3945/an.112.003269 ↩︎
- Khan and Mukhtar. Tea and health: Studies in human. 2013. 10.2174/1381612811319340008 ↩︎
- Ibid. ↩︎
- Guo J, Li K, Lin Y, Liu Y. Protective effects and molecular mechanisms of tea polyphenols on cardiovascular diseases. Front Nutr. 2023. https://doi.org/10.3389/fnut.2023.1202378 ↩︎
- Li G, Zhang J, Cui H, Feng Z, Gao Y, Wang Y, Chen J, Xu Y, Niu D, Yin J. Research Progress on the Effect and Mechanism of Tea Products with Different Fermentation Degrees in Regulating Type 2 Diabetes Mellitus. Foods. 2024; 13(2):221. https://doi.org/10.3390/foods13020221 ↩︎
- Huang H-T, Cheng T-L, Lin S-Y, Ho C-J, Chyu JY, Yang R-S, Chen C-H, Shen C-L. Osteoprotective Roles of Green Tea Catechins. Antioxidants. 2020; 9(11):1136. https://doi.org/10.3390/antiox9111136 ↩︎
- Penn Medicine. Hidden health benefits of tea. 2022. pennmedicine.org/updates/blogs/health-and-wellness/2019/december/health-benefits-of-tea. Jones & Ajmera. Healthy Herbal tea you should try. 2025. healthline.com/nutrition/10-herbal-teas. ↩︎
Author Profile

- Berprofesi sebagai dokter dengan spesialisasi gizi. Meraih gelar Doktor dalam bidang gizi dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2018. Tercatat sebagai staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Latest entries
Akademik25 May 2025Sehat Bersama Teh: Manfaat dan Cara Mengkonsumsinya
Akademik2 February 2025Kandungan dan Manfaat Jantung Pisang