Masyarakat Pasir Angling Gelar Ibadah Kurban dengan 25 Domba

Masyarakat Pasir Angling menggelar ibadah kurban untuk memperingati Idul Adha 1443 Hijriah. Sebanyak 25 ekor domba disembelih dan diolah oleh masyarakat pada Selasa, 12 Juli 2022 di Rumah Potong Hewan Mikro (RPH Mikro) Pasir Angling, Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dalam kegiatan tersebut, Walungan turut mendonasikan hewan kurban serta menyediakan lokasi pemotongan dan pengolahan daging.

Anda, Ketua RW 07 Kampung Pasir Angling, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Walungan yang sudah melakukan kurban di kampung tersebut. Beliau berharap semakin banyak masyarakat Pasir Angling yang tertarik untuk berkurban di kampung tersebut. “Semoga warga tersentuh untuk menyisihkan rezekinya dan berkurban di kampungnya,” harapnya.

Riki Frediansyah, Ketua Walungan, menyampaikan terima kasih kepada kasepuhan, pengurus DKM Al Musyawarah, serta pengurus RT dan RW di Kampung Pasir Angling, Suntenjaya. Riki juga menyampaikan apresiasinya kepada panitia dari unsur masyarakat Pasir Angling. Mereka lebih memilih untuk mengorbankan waktu berkebun dan beternaknya guna mensukseskan acara tahunan tersebut. “Semoga jadi salah satu bentuk pengurbanan hal yang kita cintai,” ungkapnya.

Dalam sambutannya tersebut, Riki mengajak para panitia untuk menjaga kenyamanan domba-domba yang akan dikurbankan. Menurutnya, domba yang nyaman pada saat disembelih akan memiliki kualitas daging yang baik. Sebaliknya, bila domba stress dan tegang, maka darahnya malah akan terjebak di dalam daging. “Daging dombanya malah jadi tidak enak,” ungkap dokter hewan lulusan Institut Pertanian Bogor ini.

Oleh karena itu, Riki menjelaskan bahwa pihaknya sengaja menyekat dan menutup area penyembelihan. Hal ini ditujukan agar domba-domba yang menunggu giliran tetap nyaman dan tidak tegang lantaran melihat proses penyembelihan teman-temannya.

Amal Shalih Tertinggi

Wawan Djuwarsa, pengawas Walungan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan momen terbaik dalam penanggalan Islam, di samping sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Puncak momen terbaik Ramadhan sendiri terjadi pada malam Lailatul Qadr. Adapun puncak momen terbaik bulan Dzulhijjah adalah tanggal 9 Dzulhijjah, ketika jamaah haji sedang berada di Arafah. Bagi masyarakat muslim di tanah air, puncak momen terbaiknya terjadi pada saat penyembelihan hewan kurban pada tanggal 10 Dzulhijjah dan tiga hari tasyrik setelahnya.

Lebih lanjut, Wawan menyampaikan bahwa ibadah Kurban dan Haji relatif seperti dua sisi mata koin yang sama. Keduanya bertujuan untuk meraih alBirr, atau kebaktian tertinggi. Secara hakikat, alBirr bermakna memberikan hal yang kita cintai. Untuk masyarakat yang berperan dalam proses penyembelihan pada momen kurban, Wawan berharap bahwa mereka juga turut berkurban dalam bentuk hal-hal yang dicintainya, yaitu mengorbankan waktu berkebun dan memelihara ternaknya. “Semoga para panitia kurban yang berkontribusi digolongkan sebagai orang-orang yang berkurban,” doanya.

Secara kata, Wawan menjelaskan bahwa Kurban berasal dari kata Qori yang berarti dekat. Sejatinya, orang-orang yang berkurban itu menyembelih hawa nafs-nya dengan niat untuk kembali kepada Allah ta’ala. Harapannya, aktivitas tersebut diterima oleh Allah ta’ala dan memperlancar rezeki hamba-hmba-Nya. Rezeki sendiri bentuknya bermacam-macam.

Bagi mereka yang berhaji, rezekinya ada di Arafah. Sedangkan masyarakat Pasir Angling yang berpuasa Shaum Arafah, Wawan berharap, mereka mendapatkan pahala yang sama dengan orang-orang yang berhaji. Bila pada bulan Dzulhijjah para muslim ikhlas beribadah karena Allah ta’ala, Wawan menuturkan bahwa mereka yang berhaji akan mendapatkan predikat mabrur, sedangkan yang berkurban berpredikat alBirr. “Dan keduanya sama saja,” tandasnya.

Lebih lanjut, Wawan memaparkan bahwa kesejatian haji dan kurban terletak pada penyembelihan sifat-sifat hewaniah di dalam dirinya masing-masing. Sifat-sifat hewani ini biasanya digunakan oleh setan untuk mengganggu manusia. Setelah seorang muslim berhasil menyembelih sifat-sifat ini, Wawan menandaskan bahwa mereka akan mengakadkan untuk kembali kepada Allah secara penuh. “Semoga mereka semua diterima takwanya,” tutupnya, singkat.***

Author Profile

Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar
Pengkaji Media for Community Development. Pernah belajar di Jurnalistik STIKOM Bandung. Berpengalaman sebagai praktisi di bidang pengembangan dan manajemen media online.

Post a comment

Discover more from Walungan

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading