1. Melindungi konsumen dari asupan makanan sayuran yang kurang sehat.
2. Petani mempunyai daya saing harga dan kualitas dalam menghadapi serbuan produk pertanian dari luar negeri.
3. Lingkungan alam sekitar akan terjaga. Air, tanah, udara akan terpelihara.
4. Biaya produksi pertanian akan menurun.
5. Pertahanan ekonomi, dan Ketahanan pangan akan tercipta.
Model-model pertanian dengan konsep integrasi tani-ternak yang telah kami lakukan, ternyata telah selaras dengan program pemerintah dalam bertani dan beternak yang ramah lingkungan. Upaya ini merupakan salah satu bentuk untuk ketahanan ekonomi dan pertahanan pangan yang di mulai di desa, dimana sektor penunjang ekonominya adalah pertanian dan peternakan.
Di sisi lain, Indonesia mendapat kritik dari ASEAN dalam penggunaan peptisida dan pupuk kimia yang sudah melebihi ambang batas.
Pada acara ini, secara informal dilakukan uji coba tanaman cabai rawit yang di tanam di Balitsa, yang mana pupuk dasar dan pupuk cairnya merupakan produk kami, para Pegiat Waluangan di Kp Pasir Angling dimana kami berkiprah (Limbah Ternak Membawa Berkah).
Alhamdulillah hasil kajian dari BALITSA penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati produk kami, pertumbuhannya cukup pesat, dengan rasa pedas yang “juara” (pedas banget). Berbeda dengan rasa cabai yg lain ketika di cicip rasa nya kurang pedas dan terasa “pahang (sunda). Kualitas sumber mata air akan berpengaruh terhadap rasa.
Dengan acara ini, diharapkan terjadi “kemandirian” pula dalam pengadaan pupuk, guna menopang ketahanan pangan.
Insya Allah, dengan program GAP ini petani bisa lebih ramah lagi dengan alam.
Author Profile
Latest entries
- Akademik13 September 2020Transformation of Post-Authoritarian Rural Development in Indonesia : A Study of Farmer-Breeder Community Development in West Bandung Regency
- Kabar16 October 2018Kegiatan Pertemuan Guru
- Catatan19 September 2018Perhutanan Sosial
- Catatan4 September 2018Data Kawasan Bandung Utara.