Walungan Mulai Kembangkan Perangkat Instrumentasi Pertanian Presisi

Pertengahan tahun 2024 ini, Walungan mulai melengkapi jajaran perangkat instrumentasinya dengan teknologi Sensor Pertanian Presisi (Precision Farming Sensor). Teknologi ini ditujukan untuk menangkap data kondisi tanah secara real-time di lahan yang digunakan untuk membudidayakan tanaman pertanian. Ke depan, data ini bisa menjadi sumber untuk membantu petani guna merumuskan manajemen pertanian dengan optimalisasi input yang efisien, seperti: air, pupuk, serta pestisida.

Toris Pristiwahono, Kepala Pemeliharaan dan Operasional Divisi Instrumentasi Walungan, menyebutkan bahwa perangkat ini terdiri dari empat sensor tanah dan satu kamera. Keempat sensor tersebut untuk mengukur tingkat keasaman tanah, kelembaban tanah, suhu tanah, serta konduktivitas listrik (conductivity electrical). Sensor konduktivitas listrik sendiri berfungsi untuk mengukur kadar air dalam tanah, jumlah garam yang terlarut dalam air tanah, serta menilai kandungan nutrisi tanah. Sedangkan kamera cctv berfungsi untuk memantau secara visual lahan yang dipasangi perangkat Pertanian Presisi. Setiap 10 menit sekali, kamera akan menangkap gambar, sehingga para periset bisa melihat laju pertumbuhan tanaman secara visual.

Sama seperti perangkat instrumentasi Walungan lainnya, Toris menyebutkan bahwa perangkat Pertanian Presisi dilengkapi juga dengan teknologi telemetri. Teknologi ini memungkinkan perangkat Pertanian Presisi mengirimkan data ke server melalui jaringan internet setiap dua menit sekali. Hal ini memungkinkan para periset untuk memantau data-data dari perangkat sensor tanah secara real-time melalui situs web khusus Walungan.

Lebih lanjut, alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini menuturkan bahwa data ini tersedia dalam format mentah berupa angka-angka perhitungan sensor dan format grafis dalam bentuk diagram garis. Para periset pun bisa mengintegrasikan data tanah tesebut dengan data perangkat Stasiun Cuaca Otomatis (Automatic Weather Station – AWS), sehingga mampu merumuskan strategi manajemen pertanian secara lebih menyeluruh.

Secara spesifikasi teknis produk, keseluruhan sensor tanah ini memiliki tingkat kepresisian dan sensitivitas yang tinggi serta respon yang cepat. Selain itu, perangkat sensor ini juga bisa digunakan secara luas dengan tingkat penggunaan yang sederhana dan kestabilan yang tinggi. Perangkat yang terbuat dari besi tahan karat ini bisa digunakan di rentang suhu antara -40 hingga 80 derajat Celcius.

Secara lebih rinci, sensor kelembaban tanah memiliki rentang hitung dari nol hingga seratus persen dengan satuan jangkauan sensor mencapai meter kubik per meter kubik (m3/m3). Adapun sensor suhu memiliki rentang hitung antara -30 hingga 70 derajat Celcius. Sedangkan sensor konduktivitas listrik memiliki rentang hitung dari nol hingga 10 millisiemens/centimeter (mS/cm). Sensor keasaman tanah sendiri memiliki rentang hitung dari nol hingga 14 pH.

Dimulai dengan Selada Romaine

Perangkat instrumentasi pertanian presisi digunakan untuk pertama kalinya dalam riset pertanian presisi Selada Romaine di Pasir Angling, Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Riset ini dipimpin langsung oleh periset pertanian presisi Walungan, Fakhira Rifanti Maulana. Fakhira menyebutkan bahwa dirinya menggunakan tumbuhan Selada Romaine sebagai objek penelitian pertanian presisi berdasarkan karakter tumbuhan yang lebih mudah dimodelkan karena fase puncaknya adalah vegetatif dan siklus hidupnya relatif pendek. Dengan demikian, Selada Romaine memiliki karakter pertumbuhan yang relatif sederhana dibandingkan tanaman buah-buahan yang fasenya mencapai reproduktif.

Lebih lanjut, Fakhira memaparkan bahwa riset ini diselenggarakan di dua petak lahan kebun Walungan dengan karakter yang berbeda. Lahan pertama cenderung tertutup pagar, sehingga terhalang dari angin dengan paparan sinar matahari yang tidak merata. Adapun lahan kedua cenderung terbuka, sehingga tingkat keterpaan angin kencang dan paparan sinar matahari yang relatif merata. Perbedaan karakter lahan ini ditujukan untuk melihat pengaruh lahan terhadap pertumbuhan tanaman.

Pada pelaksanaannya, alumni master Precision Agriculture Wageningen University & Research Belanda ini mengambil sampel tanaman setiap tiga hari sekali selama masa pertumbuhan tanaman, mulai dari tahap tanam hingga panen. Durasi pengambilan sampel ini mengikuti fase hidup tanaman (fenologi) Selada Romaine. Adapun pengukuran tanaman secara fisik mencakup aspek destruktif dan non-destruktif. Aspek destruktif sendiri mencakup berat basah daun, akar, dan keseluruhan tanaman serta panjang akar. Adapun aspek non-destruktif mencakup jumlah daun dan luas daun. Pengukuran ini ditujukan untuk memvalidasi hasil model penanaman objek riset tersebut.

Setelah objek riset memasuki tahapan panen dan keseluruhan data terkumpul, Fakhira berencana untuk mengolah data tingkat pengukuran fisik tanaman dengan data cuaca dan tanah menggunakan metode pemodelan matematika untuk sistem dinamis dalam bentuk persamaan diferensial. Pemodelan ini menggambarkan perubahan pertumbuhan tanaman dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan fenomena di sekelilingnya, termasuk: air, nutrisi, kelembaban tanah, cahaya, tingkat keasaman media tanam, dan cuaca. Setelahnya, Fakhira dan tim divisi pertanian akan mulai menyusun Keputusan Praktis Manajemen (Management Practices Decision) dalam budidaya Selada Romaine.

Secara kelembagaan, Walungan berharap riset ini mampu memperluas pemanfaatan data yang dihasilkan oleh perangkat instrumentasi yang telah dikembangkan selama ini. Ke depannya, diharapkan riset semacam ini bisa dilaksanakan secara rutin dan berkala serta beragam, sehingga memperluas kesempatan masyarakat petani dan peternak di tingkat akar rumput untuk mengimplementasikannya secara praktis.***

Author Profile

Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar
Pengkaji Media for Community Development. Pernah belajar di Jurnalistik STIKOM Bandung. Berpengalaman sebagai praktisi di bidang pengembangan dan manajemen media online.

Post a comment

Discover more from Walungan

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading