Memilah sampah bukanlah semata-mata hanya bagian dalam mengelola sampah dan lingkungan. Lebih besar lagi, memilah sampah merupakan jalan untuk memanusiakan manusia. Sampah yang terpilah membantu para petugas kebersihan untuk mengolah sampah-sampah yang ada dengan lebih baik dan bersih. “Bukankah kondisi ini memanusiakan manusia?” demikian kesimpulan Zachnaz Fairuuz, Community Development Bank Sampah Bersinar kepada Walungan bersama kolega Bandung dan Cimahi pada Sabtu pagi, 18 Mei 2024. Pesan tersebut beliau sampaikan ketika menerima kami di fasilitas induk Bank Sampah Bersinar, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Kunjungan kali ini membuka wawasan tata kelola sampah yang lebih luas bagi kolega Walungan. Belasan orang diajak untuk menengok salah satu fasilitas pengelolaan sampah terbaik di Indonesia versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Di dalamnya, kami bisa melihat gudang penyimpanan sampah yang lebih luas dan tertata dengan baik. Selain itu, beberapa mesin besar juga tampak bekerja keras untuk memilah dan mengolah sampah dengan proses yang lebih baik lagi.
Bank Sampah Bersinar sendiri berdiri sejak tahun 2014 silam, dan resmi berbadan hukum Perseroan Terbatas lima tahun setelahnya. Saat ini, perusahaan ini menempati lahan lebih dari setengah hektar di sekitar bantaran Sungai Citarum, tak jauh dari Jembatan Citarum Baleendah dan Kolam Retensi Cieunteung, Kabupaten Bandung. Setengah dari lahan Bank Sampah Bersinar tersebut digunakan untuk gudang penyimpanan dan pemilahan sampah plastik dan kertas. Atap yang tinggi dan lantai gudang yang terbuat dari paving block membuat siapa pun yang memasukinya merasa nyaman, termasuk para petugas pemilahan dan pengolahan sampah Bank Sampah Bersinar.
Meskipun berjuluk “bank sampah”, tetapi aktivitas Bank Sampah Bersinar bukan hanya sebagai penyimpan sampah dan uang. Dalam paparannya sebelum berkeliling ke fasilitas pemilahan dan pengolahan sampah, Zachnaz menyampaikan bahwa Bank Sampah Bersinar bergerak juga di bidang pemilahan dan pengelolaan sampah serta edukasi dan inovasi jasa pengolahan sampah. Sampah hari ini, mereka sudah memiliki 26 ribu nasabah individu serta 855 unit bank sampah di Bandung Raya yang meliputi Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kota Cimahi. Sebagai edukator sampah, Bank Sampah Bersinar mencatat 1.700 lokasi kunjungan hingga tahun 2023 silam.
Sebagai perusahaan pengelola sampah, Bank Sampah Bersinar berhasil mengolah 715 ton sampah non-organik dan 31 ton sampah organik pada tahun 2022. Sampak anorganik sendiri terdiri dari plastik, kertas, kaca, dan logam. Khusus untuk plastik sendiri, Bank Sampah Bersinar mengelompokkannya menjadi sekitar 30 jenis. Salah satu keuntungannya, pengelompokkan tersebut ditujukan untuk meningkatkan nilai sampah anorganik, sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Pada tahun yang sama, Bank Sampah Bersinar juga mengolah 7,5 ton minyak goreng jelantah, tiga ton sampah elektronik, 68 ton sampah popok bayi, lima ton limbah pakaian, dan satu ton sampah masker. “Kebanyakan bisa kita terima,” papar wanita yang akrab disapa Nanaz tersebut.
Untuk mengolah sampah-sampah tersebut, Bank Sampah Bersinar bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengolahnya. Sampah tersebut, antara lain: sampah elektronik, pakaian bekas yang diolah menjadi peredam suara, serta sampah masker yang diolah menjadi minyak untuk campuran solar. Adapun sampah yang diolah mandiri oleh Bank Sampah Bersinar hanya sampah organik dan popok. Sampah organik sendiri diolah dengan menggunakan maggot Lalat Prajurit Hitam (Black Soldier Fly – BSF). Adapun sampah popok diolah untuk diambil jel, serat sebagai bahan daur ulang kertas, serta plastik sebagai bahan bakar industri.
Di sela-sela aktivitas pengolahan sampahnya tersebut, Bank Sampah Bersinar juga giat melakukan edukasi dan sosialisasi pemilahan sampah di masyarakat. Zachnaz menyampaikan bahwa paradigma masyarakat dalam membuang sampah perlu diubah menjadi lebih bertanggung jawab terhadap segala hal yang mereka buang. “Tujuan utamanya, edukasi dan sosialisasi sampah ini agar lingkungan bersih,” tuturnya.
Program edukasi dan sosialisasi ini menyasar tingkatan termuda dalam struktur masyarakat. Bank Sampah Bersinar mulai dengan membuka kursus Bahasa Inggris yang bayarannya berupa sampah. Praktik ini ditujukan untuk mengedukasi masalah sampah kepada anak-anak usia sekolah dasar. Program lainnya, antara lain: cicilan murah dengan menggunakan sampah, tabungan emas dengan menukar jelantah, bayar sembako murah dengan sampah, serta tukar popok baru dengan popok bekas yang sudah terpakai. Semua program tersebut bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait, seperti: Alfamidi dan Penggadaian.
Kerjasama dan kemitraan lainnya juga berusaha dibangun dengan kalangan pemerintah daerah di beberapa wilayah di Indonesia. Zachnaz menyebutkan bahwa pihaknya bermintra dengan Kota Cimahi di Jawa Barat, Kabupaten Toba di Sumatera Utara, dan Kabupaten Sorong di Papua Barat untuk pengelolaan dan pengembangan bank sampah.***