Automatic Weather Station (AWS), atau yang dikenal juga dengan Stasiun Pemantau Cuaca Otomatis versi 5.0 milik Walungan dilengkapi lebih dari lima perangkat pemantau cuaca beserta fitur pendukungnya. Setiap perangkat memiliki fungsinya masing-masing untuk memperkuat peran utama stasiun tersebut sebagai pemantau cuaca. Lalu, apa saja perangkat yang tersemat di stasiun tersebut?
AWS versi 5.0 milik Walungan terbagi menjadi empat kategori sistem, yaitu: pemantau cuaca, telemetri, penyajian data, serta pendukung kinerja. Sistem pemantau cuaca sendiri berperan untuk menangkap data-data cuaca dan mikro-iklim di sekitar lokasi stasiun. Sistem ini terdiri dari empat sensor utama, yaitu: arah dan kecepatan angin, suhu dan kelembaban relatif sekaligus tekanan atmosfir, curah hujan, serta radiasi matahari.
Sensor arah dan kecepatan angin sendiri mampu menangkap data kecepatan angin hingga 45 meter per detik dari berbagai arah. Sensitifitas perangkat ini mampu menangkap perubahan kecepatan angin hingga 0,1 meter per detik dan perubahan arah sampai satu derajat.
Sensor lainnya dirancang untuk menangkap fenomena atmosfir di lokasi stasiun, khususnya dalam bentuk suhu, kelembaban relatif, dan tekanan atmosfir. Sensor suhu sendiri mampu menangkap suhu lingkungan dalam rentang -40 sampai 60 derajat Celcius. Perubahan suhu yang bisa dideteksi oleh perangkat ini mencapai 0,1 derajat Celcius. Adapun sensor kelembaban relatif dirancang untuk menakar tingkat kelembaban di sekitar stasiun cuaca dari nol sampai 100 persen dengan tingkat perubahan kelembaban yang bisa dideteksi mencapai 0,5 persen. Sedangkan sensor tekanan atmosfir mampu mengukur tekanan dalam rentang 100 sampai 1.100 hectopascal (hPa) dengan tingkat perubahan tekanan yang mampu dideteksi mencapai 0,1 hPa.
Perangkat lainnya adalah sensor curah hujan. Sesuai namanya, perangkat ini mampu mengukur dan merekam intensitas curah hujan sampai delapan milimeter per menit dengan tingkat deteksi mencapai 0,2 milimeter. Terakhir, sensor Radiasi Matahari yang mampu mengukur dalam rentang panjang gelombang antara 300 sampai 3.000 nanometer. Sensor ini mampu menangkap paparan sinar matahari hingga mencapai 1.500 Watt per meter persegi dengan tingkat deteksi mencapai satu Watt per meter persegi. Perangkat ini mampu dioperasikan antara suhu minus 40 sampai 80 derajat Celcius.
Untuk beberapa lokasi, Walungan menempatkan beberapa sensor tambahan, seperti: Radiasi Ultraviolet, Pyranometer, dan PAR. Meskipun sama-sama menghitung radiasi matahari, tetapi rentang panjang gelombang yang dideteksi lebih lebar dan spesifik. Umumnya, sensor tersebut digunakan di bidang pertanian dan kehutanan untuk menakar dampak radiasi matahari terhadap pertumbuhan tanaman. Secara praktis, hasil pengukuran tersebut bisa digunakan untuk merencanakan dan memantau pertumbuhan komoditas tanaman tertentu.
Seluruh sistem pemantauan cuaca tersebut tersambung dengan Sistem Telemetri. Sederhananya, sistem ini mengirimkan data pemantauan cuaca ke server penyimpanan data melalui jaringan internet setiap dua menit sekali. Selain itu, Telemetri juga memungkinkan para teknisi untuk memantau sekaligus memperbaiki sistem perangkat lunak di setiap stasiun dengan mengendalikannya secara jarak jauh selama 24 jam setiap harinya. Sistem ini juga memungkinkan para teknisi untuk segera memperbaiki perangkat keras dalam hitungan jam bila terjadi kerusakan yang tidak terduga.
Layanan Telemetri juga erat kaitannya dengan Sistem Penyajian Data. Seluruh data yang disimpan di server bisa diakses melalui situs web di mana saja dan kapan pun juga. Para pengguna bisa mengakses data berupa angka maupun tampilan visual dalam rentang waktu yang diinginkan. Sistem ini juga diperkuat dengan layanan pengiriman hasil pengukuran dalam bentuk visual ke layanan Telegram setiap harinya. Hal ini memudahkan pengguna untuk memantau kinerja pengukuran data dengan lebih praktis melalui ponselnya. Hasil pengukuran juga bisa ditampilkan melalui display LED di lokasi stasiun. Perangkat berukuran 32 x 16 Centimeter dengan ukuran pixel mencapai 64 x 32 pixel ini bisa ditempatkan di luar ruangan dengan jarak pandang efektif mencapai lima meter. Fitur ini memungkinkan para pengguna di sekitar stasiun cuaca bisa langsung memantau kondisi cuaca melalui perangkat tersebut.
Ketiga sistem tersebut ditunjang oleh Sistem Pendukung Kinerja yang terintegrasi satu sama lain. Setidaknya, ada tiga perangkat sistem pendukung kinerja, yaitu: pilar penyangga, penangkal petir, dan energi terbarukan. Pilar penyangga sendiri berfungsi untuk meminimalisir gangguan pengukuran akibat objek-objek yang tinggi dan besar di sekitar stasiun. Pilar ini terbuat dari logam setinggi antara 9 sampai 12 meter.
Adapun penangkal petir meminimalisir gangguan cuaca berupa tegangan listrik tingkat tinggi akibat sambaran petir. Sedangkan energi terbarukan berfungsi untuk memasok daya listrik guna menghidupi setiap perangkat yang ada di Stasiun Pemantau Cuaca Otomatis. Pasokan listrik sendiri berasal dari solar panel yang mampu menghasilkan listrik hingga 100 Watt-peak. Listrik yang dihasilkan akan disimpan di baterai dan mampu menyimpan persediaan daya sampai sepekan ke depan. Fitur energi terbarukan ini memungkinkan perangkat Stasiun Pemantau Cuaca Otomatis ditempatkan di lokasi terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik dan jauh dari pemukiman penduduk.***
Author Profile
- Pengkaji Media for Community Development. Pernah belajar di Jurnalistik STIKOM Bandung. Berpengalaman sebagai praktisi di bidang pengembangan dan manajemen media online.
Latest entries
- Catatan1 October 2024Menengok Tani Pekarangan dalam Kacamata Lokal, Nasional, dan Internasional
- Kabar1 July 2024Walungan Mulai Kembangkan Perangkat Instrumentasi Pertanian Presisi
- Kabar22 June 2024Berbagi Cinta dan Kasih dalam Prosesi Ibadah Kurban 1445H di Pasir Angling
- Catatan16 June 2024Angin Puting Beliung, Si Mikro-Tornado Khas Nusantara