Semakin siang, semakin banyak orang yang berkunjung ke stand poster nomor 3 dan 4. Di depannya, dua petani kopi muda dengan semangat merespon setiap pertanyaan dari pengunjung. Tak jarang, mereka harus menghadapi pengunjung yang tidak bisa berbahasa Indonesia sama sekali. Meskipun bahasa Inggrisnya masih terbatas, tetapi kedua petani muda tersebut dengan gigih berusaha mengkomunikasikan aktivitas berkebun kopinya di kaki gunung Bukit Tunggul, Jawa Barat.
Adalah Abdul Muthalib dan Gunawan, petani kopi asal Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pada Sabtu, 18 November 2023 lalu, Walungan bersama keduanya berpartisipasi dalam kegiatan Hyper Interdisciplinary Conference in Indonesia 2023. Acara bertemakan Transforming Healthcare Horizons in Indonesia ini digelar di Lobby Gedung K Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut, Walungan turut membuka stand poster yang menyuguhkan aktivitas pertanian kopi berkelanjutan Pasir Angling. Para pengunjung stand juga dihidangkan kopi Pasir Angling yang sengaja dibawa ke acara tersebut. Gunawan dan Abdul sendiri sangat terkesan dengan kesempatan tersebut. Mereka sangat senang untuk berkomunikasi dengan para periset dari mancanegara. “Awalnya sempat bingung, tetapi lama-lama jadi terbiasa,” ungkap Abdul. “Saya jadi ketagihan ngobrol sama orang luar negeri,” ungkapnya kemudian.
Sebelum sesi poster dibuka, Walungan dipersilahkan untuk mempresentasikan posternya dalam tiga menit kepada peserta konferensi di aula utama Gedung K. Hal ini turut memantik banyak pertanyaan tentang aktivitas perkebunan kopi di kaki Gunung Bukit Tunggul ketika sesi poster berlangsung. Gunawan menyampaikan bahwa para pengunjung tertarik dengan peran Gunung Bukit Tunggul untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung. Mereka juga penasaran dengan aktivitas perkebunan kopi dan dampaknya terhadap kelestarian hutan di sekitar Gunung Bukit Tunggul.
Hyper Interdisciplinary Conference (HIC) sendiri merupakan acara tahunan yang ditujukan untuk mengisi kekosongan antara tingginya publikasi saintifik dan rendahnya pemahaman keilmuan di masyarakat. Konferensi ini digagas oleh lembaga berjuluk Leave a Nest sejak tahun 2002 silam. Kini, kegiatan HIC telah diselenggarakan secara rutin di berbagai negara di Asia Tenggara.
Leave a Nest sendiri merupakan kelompok peneliti yang didirikan pada tahun 2001 oleh 15 alumni program doktoral bidang sains dan rekayasa di Jepang. Lembaga ini dirancang sebagai jembatan sains untuk terhubung dengan spesialisasi yang beragam, termasuk: saintis, insinyur, pebisnis, petani, pendidik, dan sebagainya. Lembaga yang berkantor pusat di Jepang ini telah merentangkan sayapnya ke beberapa negara di dunia, termasuk: Singapura, Malaysia, Filipina, Inggris, dan Amerika.
HIC in Indonesia 2023 sendiri mengusung fokus isu tentang teknologi medis, kesehatan dan gaya hidup sehat, serta makanan dan nutrisi. Selama satu hari penuh, para peserta diajak untuk menelusuri capaian manajemen pangan dan teknologi kesehatan di Indonesia. Panitia menyajikan tiga sesi talkshow dengan mengundang para saintis dan insinyur di bidang pangan dan teknologi kesehatan di Indonesia dengan dimoderatori para saintis dari mancanegara, termasuk Jepang dan Malaysia.***