Masyarakat Pasir Angling bersama Walungan kembali melakukan aktivitas penanaman pohon di area hutan di kaki Gunung Bukit Tunggul, Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Rabu, 30 November 2022. Bulan ini, aktivitas rutin tersebut ditujukan guna memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia yang jatuh pada 28 November 2022 setiap tahunnya. Aktivitas ini digawangi oleh Karang Taruna Pasir Angling dan dihadiri pengurus Eco-Village Suntenjaya.
Pada aktivitas tanam kali ini, seluruh bibit pohon disediakan secara mandiri oleh Walungan. Aktivitas pembibitan sendiri dilakukan di Basecamp Walungan selama tiga bulan terakhir. Adapun bibit pohon yang dikembangkan, antara lain: kopi, alpukat, lerak, dan putri salju.
Wawan Djuwarsa, Pengawas Walungan, menyampaikan dalam sambutannya bahwa rangkaian penanaman pohon ini diharapkan memberikan keberkahan, baik bagi si penanam maupun lingkungan yang lebih luas. Keberkahan ini diharapkan juga dirasakan hingga ke generasi berpuluh-puluh tahun mendatang. “Mudah-mudahan manfaatnya jangka panjang,” imbuhnya.
Terkait keberkahan ini, Wawan terinspirasi dengan Salam yang biasa disampaikan oleh para muslim. Menurutnya, ketika seorang muslim menyampaikan salam, maka dia mengharapkan dan menyebarkan rahmat dan berkah. Rahmat sendiri berarti pengharapan kepada pertolongan Allah swt. Setelah pertolongan-Nya datang, maka hadirlah Berkah.
Ketika masyarakat Pasir Angling dan Walungan menanam pohon, Wawan berharap bahwa aktivitas tersebut mendapatkan Rahmat dari Allah ta’ala. Bentuknya pun bisa bermacam-macam, termasuk pohonnya bisa tumbuh dan mendatangkan berkah atau manfaat. Oleh karena itu, Wawan mengajak para hadirin untuk ikhlas dan meluruskan niat agar aktivitas penanaman pohon tersebut mendapatkan Rahmat Allah. “Mari kita senantiasa memanjatkan doa ketika sedang menanam pohon,” ajaknya.
Lebih lanjut, Wawan menyampaikan bahwa pohon yang berbuah dan memberi manfaat merupakan bentuk keberkahan dari aktivitas menanam pohon. Manfaatnya pun luas dan jangka panjang, termasuk: menjaga siklus air dan memproduksi oksigen. Oleh karena itu, beliau berharap bahwa pohon yang ditanam tersebut bisa jadi bagian amal jariyah yang akan mengalir ketika sang penanam wafat dan berpindah ke alam kubur. “Mudah-mudahan kita juga memetik hasilnya di alam Barzakh kelak,” ungkapnya.
Dalam konteks ber-Islam, Wawan menerangkan tentang segitiga adDin yang terdiri dari Islam, Iman, dan Ihsan. Selanjutnya, segitiga ini membentuk pohon yang terdiri dari batang utama sebagai syariat, rantingnya sebagai thariqat, daunnya sebagai makrifat, dan buahnya sebagai hakikat.
Wawan sendiri mengajak para hadirin untuk menanam dengan ihsan, sehingga Allah menumbuhkan pohon takwa di dalam diri kita dan membuahkan keihsanan dalam kepribadian kita. Harapannya, sikap Ihsan dalam diri kita bisa menebarkan manfaat sebesar-besarnya untuk orang-orang di sekitar kita.
Secara nyata, aktivitas menanam bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Wawan mencontohkan seseorang yang melempar biji jeruk ke tanah kosong atau halaman rumahnya. “Barangkali, aktivitas tersebut kecil. Namun, di hadapan Allah ta’ala, semoga hal tersebut dinilai sebagai amal yang besar,” harap Wawan.
“Semoga, suatu saat kita juga berbuah dan bisa memberikan manfaat untuk lebih banyak orang,” tutupnya.***
Foto oleh Esti Riani