Enam perwakilan guru SMK Negeri 2 Sukoharjo, Jawa Tengah, bertandang ke Kampung Pasir Angling, Suntenjaya, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, pada 6-7 November 2022 lalu. Mereka meninjau sekaligus studi banding tentang pertanian dan peternakan terpadu di Pasir Angling sebagai bagian dari persiapan pembuatan jurusan baru di sekolahnya, yaitu Unit Pertanian Terpadu (UPT).
Selama dua hari, keenam guru menjelajah unit-unit aktivitas peternakan dan pertanian di Pasir Angling. Meskipun cuaca hujan dan dingin, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka menapaki jalan perkampungan dan perkebunan yang penuh kubangan air. Mereka mengamati pemaparan para pengelola unit aktivitas dengan penuh antusias. Sesekali, mereka juga mencoba untuk praktik langsung guna menengok keterampilan yang dimiliki masyarakat Pasir Angling. “Baru pengantarnya saja sudah betah. Banyak sekali ilmu yang bisa diterapkan,” komentar salah seorang guru.
Riki Frediansyah, Ketua Walungan, menuturkan bahwa Walungan mendampingi para guru SMK untuk bertemu para pengelola unit aktivitas di Pasir Angling. Pada hari pertama, guru-guru diajak untuk menengok sektor hulu dan berdiskusi tentang penerapan integrasi tani-ternak di lapangan. Sejak pagi hingga petang, mereka menjelajah Pasir Angling, mulai dari kebun stroberi, kandang domba, kebun kopi, sampai pengolahan limbah ternak. Mereka juga menengok stasiun pengamatan cuaca dan pengukur debit air.
Pada hari kedua, para guru diajak untuk menelusuri sektor hilir pertanian terintegrasi. Mereka diajak untuk melihat lokasi pengolahan kopi, membuat karamel dari susu, meninjau produksi sale pisang, serta menengok pembuatan keripik dari daun labu siam. “Hasil olahan para guru pun jadi buah tangan dari Pasir Angling untuk mereka,” papar Riki.
Selama melakukan studi banding, Riki menangkap kesan takjub para guru tentang pertanian dan peternakan terintegrasi di Pasir Angling. Mereka belajar bahwa bidang pertanian dan peternakan terintegrasi harus berkolaborasi dengan bidang-bidang lainnya, termasuk desain, manajemen produksi, hingga pemasaran.
Selain itu, para guru pun belajar bahwa pertanian dan peternakan terintegrasi harus dikerjakan secara berkelompok. Hal ini tampak dari banyaknya bidang yang diperlukan agar hasil pertanian dan peternakan bernilai tinggi. Di Pasir Angling pun para guru melihat bahwa aktor pertanian dan peternakan berusia relatif muda. Misalnya saja pengolahan limbah yang dikelola oleh karang taruna berusia 20 tahun. Para pengolah susu karamel pun merupakan ibu-ibu yang berusia 30 tahun. “Para guru jadi bersemangat bahwa pertanian bisa dilakukan oleh anak muda,” tutur Riki.
Pelajaran lainnya, para guru juga terkesan dengan aspek keseimbangan ekosistem dalam pertanian dan peternakan terintegrasi. Hal ini tampak dari pengukuran aspek abiotik, seperti cuaca, suhu, kelembaban, dan tingkat keasaman tanah. Sikap ramah terhadap lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan alami pun jadi bagian dari keseimbangan terhadap lingkungan. Hal ini bisa menekan jumlah hama dan sumber penyakit tanaman.
Selama kunjungan tersebut, Riki belajar bahwa Pasir Angling sudah mulai mampu menjadi tempat belajar pertanian dan peternakan terintegrasi, setidaknya di wilayah Bandung. Hal ini diharapkan bisa membangun kesejahteraan masyarakat desa secara ekonomi sambil tetap mempertahankan keseimbangan ekosistem berbasis pertanian dan peternakan terintegrasi. “Semoga Pasir Angling bisa menjamu dan melayani tamu lebih baik lagi,” tutupnya.