Riuh riang anak-anak usia sekolah dasar begitu membahana di beberapa sudut Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Ketakjuban mereka dengan suasana perkebunan dan peternakan khas desa di pegunungan semakin lantang berbalut dengan rasa penasaran yang tumbuh seketika. “Wow, sapinya pipis,” spontan respon anak ketika melihat seekor ternak buang air kecil di hadapan mereka.
Kesemarakan dan kehebohan tersebut hadir dari tamu yang ditunggu-tunggu masyarakat Pasir Angling sejak beberapa hari sebelumnya. Pada Kamis, 2 Juni 2022, lebih dari 90 siswa SD Mutiara Bunda beserta belasan guru pendampingnya berkunjung ke area pengembangan pertanian dan peternakan integratif di Pasir Angling.
Dalam kesempatan tersebut, mereka belajar tentang tata cara bertanam stroberi yang dipadukan dengan beternak kelinci. Tak hanya itu saja, masing-masing anak mendapatkan segelas jus stroberi yang langsung diolah dari kebun yang mereka kunjungi. “Siapa yang mau tambah jus stroberi lagi…?” teriak Syarifuddin, pengelola kebun stroberi. “Saya…!!!” anak-anak serentak mengacungkan gelas-gelasnya yang kosong, setelah sesaat sebelumnya terisi penuh dengan jus stroberi.
Rona ceria juga terpancar jelas di wajah guru-guru pendampingnya. Salah satunya Tina Apri Susilowati, Wali Kelas III SD Mutiara Bunda. “Ini kunjungan lapangan pertama setelah pandemi,” ucapnya, ringkas.
Lebih lanjut Tina menyampaikan bahwa kunjungan ini ditujukan untuk mengajarkan pembelajaran integratif kepada anak-anaknya. Tema sentral kegiatan ini adalah makhluk hidup dan ciri-cirinya, khususnya tentang perawatan hewan dan tumbuhan. Selain itu, ada juga tema penyerta dari mata pelajaran lainnya, seperti: hiking dari mata pelajaran olahraga, pengelolaan limbah dari Pelajaran Lingkungan Hidup. “Pertunjukkan jaipongan juga jadi sarana belajar keanekaragaman budaya di Indonesia bagi anak,” papar alumni Universitas Pendidikan Indonesia ini.
Pemilihan Pasir Angling sendiri berdasarkan informasi tentang aktivitas pertanian dan peternakan integratif di kawasan Desa Suntenjaya tersebut. Setelah melakukan survei dan mendiskusikannya dengan pihak sekolah, akhirnya mereka menyetujui kegiatan kunjungan anak-anak ke wilayah kecamatan Lembang tersebut. “Hasilnya, ternyata luar biasa,” ungkapnya.
Setelah menjejakkan kaki di lokasi kegiatan, Tina dan guru-guru serta para siswa merasa difasilitasi dengan baik oleh masyarakat Pasir Angling. Setiap kelompok mendapatkan pendamping lokal dari pihak masyarakat. Mereka secara aktif menjaga ritme perjalanan peserta, mengatur kedatangan pada pos-pos kunjungan, hingga menjaga semangat peserta selama berjalan kaki. Bahkan, kesiapan mereka pun tampak dari kantung-kantung berisi perlengkapan P3K yang dibawa pendamping lokal selama kegiatan. “Mereka benar-benar membantu secara penuh,” tutur Tina penuh haru.
Dari segi fasilitas, Tina melihat Pasir Angling memiliki sarana yang baik untuk mengenalkan tentang pertanian berkelanjutan. Bahkan, beberapa guru yang lulusan sarjana peternakan pun mengapresiasi konsep pertanian dan peternakan berkelanjutan a la Pasir Angling tersebut. “Satu aspek dengan aspek lainnya (dalam pertanian dan peternakan) jadi satu rantai yang tidak terputus. It is good idea,” ungkap Tina, mengutip penilaian mitra kerjanya.
Riki Ferdiansyah, Ketua Walungan, menyampaikan apresiasinya terhadap kunjungan SD Mutiara Bunda ke Pasir Angling. Bagi masyarakat Pasir Angling, momen ini menjadi pembelajaran bersama untuk menyajikan konsep wisata desa berbasiskan masyarakat. Dalam hal ini, sarana wisata tidak hanya berada di dalam desa, tetapi juga dikelola juga oleh masyarakat desa.
Pada kesempatan kali ini, lanjut Riki, kunjungan lapangan dikelola langsung oleh Karang Taruna Pasir Angling, Eco Village Suntenjaya, serta Kelompok Wanita Tani Pasir Angling. Mereka mengajak para siswa SD Mutiara Bunda untuk berjalan kaki dari lapangan kantor kepala desa menuju beberapa tempat aktivitas pertanian dan peternakan di Pasir Angling, yaitu: Sentra Pengembangan Stroberi dan Kelinci Walungan, Kandang Domba Angling Dharma, dan Balai Olah Limbah Karang Taruna, serta berujung di area Bumi Perkemahan Taman Bincarung.
Menurut Riki, masyarakat belajar banyak tentang cara menyampaikan aktivitasnya di lapangan ke tingkatan anak-anak sekolah dasar. Salah satunya, mereka masih perlu menyederhanakan pengetahuan yang mereka punya agar mampu dipahami oleh anak-anak dengan berbagai jenjang usia, mulai dari usia taman kanak-kanak hingga siswa sekolah menengah. Oleh karena itu, Riki berharap ada lebih banyak tamu yang datang agar mampu mengkalibrasi kemampuan masyarakat untuk menyajikan edukasi pertanian dan peternakan khas Pasir Angling.
Ke depan, RIki menyampaikan bahwa masyarakat Pasir Angling akan merumuskan formulasi yang lebih baik lagi tentang Edukasi Tani-Ternak Pasir Angling untuk mengenalkan dan menjelaskan pertanian dan peternakan integratif ke masyarakat yang lebih luas, khususnya anak-anak dan pelajar sekolah menengah. Para pengelola di Pasir Angling akan mencoba membangun prosedur operasional standar pelayanan Edukasi Tani-Ternak, menyusun skema pembiayaan, hingga merancang sarana pembelajarannya yang lebih baik lagi. “Ke depan, bukan hanya sapi dan domba saja yang jadi wisata, tetapi cacing juga,” tekadnya, bulat.***