Kabut nan dingin masih saja setia memeluk erat di dataran tinggi Kampung Pasir Angling, Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Tetesan embun pagi yang segar masih asik menitik perlahan dari ujung-ujung daun pinus di Bumi Perkemahan Taman Bincarung, Suntenjaya. Hanya saja, udara yang bisa membuat tubuh membeku dalam peraduan akhir pekan, tidak menyurutkan para pegiat kopi Kota Bandung untuk berkunjung ke Pasir Angling.
Semenjak pagi, 35 orang pembelajar dan pelaku industri kopi Kota Kembang sudah menginjakkan kaki di Taman Bincarung pada Sabtu, 21 Mei 2022 lalu. Sehari-hari, mereka berprofesi sebagai roastery (pemanggang) dan barista kopi beberapa kafe di Kota Bandung. Hadir juga para pengusaha kopi dan pemilik kafe di Kota Kembang. Mereka ingin melihat tata cara masyarakat Pasir Angling merawat tanaman kopinya serta mengolahnya menjadi biji kopi yang siap diolah oleh para pemanggang dan barista kopi.
“Kangen dengan nasi liwet buatan Pasir Angling,” Iwan Rusmawan, koordinator kegiatan, membuka perbincangan. Menurutnya, aktivitas ini merupakan kunjungan kedua para peserta ke Pasir Angling. Sebelumnya, mereka pernah melakukan hal serupa pada bulan September setahun sebelumnya. Hanya saja, karena kondisi pandemi COVID19 yang kembali meningkat, aktivitas kunjungan pun baru terlaksana pada pertengahan tahun 2022.
Lebih lanjut, Iwan menyebutkan bahwa para peserta kegiatan merupakan para pengolah Kopi Pasir Angling selama tiga tahun terakhir. Umumnya, mereka mengolah dan menggunakan Kopi Pasir Angling sebagai bahan racikan hidangan kopi di kafe mereka. “Saat ini, kita coba perkenalkan para peserta dengan para petani dan kebun kopinya,” papar ayah tiga anak ini.
Membuka aktivitas, para peserta berjalan kaki menuju kebun kopi terdekat dari titik kumpul. Selama tiga jam lamanya, mereka berdiskusi tentang aktivitas penanaman kopi di dataran tinggi sekitar Gunung Bukit Tunggul, pemeliharaan kopi, proses pengolahan biji kopi, serta tanaman kopi sebagai penyangga ekonomi dan ekologi area pegunungan.
Pada tengah hari, para peserta disajikan Nasi Liwet khas Pasir Angling yang menjadi dambaan sebagian besar peserta kunjungan sebelumnya. Setelahnya, mereka menggelar permainan Tarung Seduh di Taman Bincarung. Dalam permainan ini, para peserta berlomba-lomba untuk menyeduh kopi dengan cara yang berbeda, unik, dan anti-mainstream.
Selepas kegiatan, Iwan menyampaikan bahwa para peserta semakin bersemangat untuk menggunakan kopi yang ditanam masyarakat Pasir Angling. Mereka begitu tergugah dengan integrasi antara aspek tatanan lingkungan hidup dan komersial Kopi Pasir Angling. “Kopinya mengedepankan kualitas dan lingkungan hidup,” Iwan mengutarakan penilaian peserta terhadap Kopi Pasir Angling.
Lebih lanjut, pemilik Toko Kopi Bandung 1810 ini berharap bisa menggelar kegiatan serupa untuk tingkat nasional dan internasional di Pasir Angling pada masa yang akan datang. Menurutnya, Pasir Angling sendiri memiliki akses yang mudah dengan fasilitas kegiatan yang cukup bagus dan lengkap. “Pasir Angling punya daya tarik turisme yang baik sebagai tujuan wisata di wilayah Bandung,” simpul Iwan.
Merespon kunjungan para pegiat kopi Kota Bandung, Suharno Misca, Kepala Divisi Sosial Walungan, menyampaikan bahwa para petani kopi di Pasir Angling sangat antusias dengan kehadiran mereka. Menurutnya, para petani bisa berdiskusi dan membangun jejaring tentang pasar kopi di Kota Bandung.
Menariknya, sebagian besar petani kopi Pasir Angling berusia muda, sekitar 20 hingga 30 tahun. Kehadiran para pegiat kopi membuat para petani semakin bersemangat untuk menjaga kualitas dan kuantitas kopi dari Pasir Angling. “Mereka tidak mau lagi sembarangan dan asal-asalan dalam mengolah kopi,” kutip Suharno.
Interaksi antara petani kopi di Pasir Angling dengan jejaring pasar inilah yang coba dibangun oleh Iwan Rusmawan bersama Walungan. Menurut Iwan, petani kopi Pasir Angling sudah cukup mampu menghadirkan kopi yang berkualitas. Selebihnya, mereka perlu edukasi bisnis dan pemasaran serta pengelolaan pengiriman komoditas kopi ke jejaring pasar yang lebih luas lagi.
Iwan sendiri menaksir potensi produksi kopi Pasir Angling bisa mencapai 100 ton dalam kondisi ceri setiap tahunnya. Hanya saja, baru teroptimalkan sekitar 20 persennya dari potensi tersebut. Salah cara untuk optimalisasinya dengan membukakan pasar dan jejaring penjualannya. “Setelah dibuka pasarnya, biasanya runut ke peningkatan kualitas dan kuantitas produksi,” ungkapnya sederhana dengan penuh optimis.***