Nikmatnya buah Stroberi akan hadir kala kita mampu melewati periode yang paling krusial, yaitu: menanam dan merawat hingga masa panen tiba. Meskipun tampak mudah, tetapi Stroberi membutuhkan penanganan yang baik untuk menghasilkan buah yang optimal.
Divisi Pertanian Walungan sendiri berusaha membudidayakan Stroberi dengan mengimplementasikan konsep Pertanian Integratif. Implementasi ini diharapkan mampu membudidayakan secara organik, menekan biaya operasional, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas buahnya. Berangkat dari catatan Syarifudin, kepala Divisi Pertanian Walungan, berikut ini aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan Stroberi jenis Mencir di wilayah Bandung Utara.
Media Tanam
Walungan mengembangkan dua sistem budidaya Stroberi Mencir di area Pasir Angling, Suntenjaya, Lembang, yaitu Sistem Karung dan Mulsa. Sistem Mulsa sendiri memiliki banyak kelemahan. Salah satunya risiko yang tinggi terhadap penyakit busuk buah kala musim hujan. Hal ini disebabkan buah cenderung menempel pada mulsa, atau juga pada tanah. Selain itu, Mulsa terbuat dari plastik, sehingga mengganggu penyerapan air pada lahan tanam.
Sistem Karung merupakan metode tanam yang cukup direkomendasikan oleh Divisi Pertanian Walungan. Selain mempermudah proses budidaya, perawatan, dan pembibitan Stroberi, metode ini juga membantu penyerapan air pada lahan tanam. Dikombinasikan dengan pembuatan biopori di area lahan, Sistem Karung bisa menekan laju air permukaan ketika terjadi hujan deras di area tanam.
Divisi Pertanian Walungan sendiri memilih Polbag berdiameter 50 Sentimeter dengan tinggi 60 Sentimeter sebagai wadah tanamnya. Masing-masing karung ditanami sekitar empat tanaman Stroberi dengan jarak setiap karung sekitar satu meter.
Selanjutnya, petani perlu memilih media tanam yang memiliki tingkat Porositas yang tinggi. Tingkat porositas sendiri bermakna media tanam tersebut cukup renggang dan gembur, sehingga cairan bisa dengan mudah terserap ke dalam media tanam. Kondisi ini meminimalisir risiko penyakit Busuk Akar pada tanaman. Selain itu, media tanam berporositas tinggi mempermudah tanaman dalam menyerap nutrisi secara lebih efisien.
Dari hasil berbagai percobaan, Divisi Pertanian Walungan menggunakan media tanam dengan rasio 30 Sentimeter permukaan paling bawah berupa tanah, 10 Sentimeter permukaan di tengahnya berupa pupuk, dan 20 Sentimeter permukaan paling atas berupa tanah. Adapun pupuk yang digunakan merupakan campuran pupuk kotoran domba dan ayam, kemudian pupuk Bokashi, arang, serta tanah. Komposisi ini didapat dari dua percobaan sebelumnya. Hasilnya, media tanam ini memiliki tingkat porositas yang tinggi dan kandungan gizi yang melimpah bagi tanaman Stroberi.
Selain komposisi di atas, ditambahkan juga arang dari sisa pembakaran limbah tahu. Arang jenis ini bermanfaat untuk mengikat unsur hara, sehingga media tanam memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Hasil percobaan ini menunjukkan pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman Stroberi cukup baik. Hanya saja, ketika memasuki fase generatif (pembuahan), daun muda tumbuhan tampak gosong.
Sebelumnya, Divisi Pertanian Walungan mencoba dua komposisi media tanam. Pertama, campuran media tanam memiliki komposisi 30 Sentimeter permukaan paling bawah berupa tanah, 20 Sentimter permukaan di tengahnya berupa pupuk, serta 10 Sentimeter permukaan paling atas berupa tanah kembali. Komposisi ini banyak digunakan oleh para petani Stroberi di Ciwidey, kawasan Bandung Selatan. Adapun jenis Stroberi yang ditanam berupa Kalibrite. Hasilnya, 80 persen tanaman terkena penyakit busuk akar.
Komposisi kedua berupa tanah dan media tanam dengan komposisi masing-masing 30 Sentimeter dan 20 Sentimeter. Media tanam sendiri merupakan campuran dengan perbandingan yang sama antara pupuk domba, pupuk ayam pedaging, tanah, serta arang sekam. Hasilnya, Stoberi cukup kuat dari penyakit dan hama karena tingkat porositas media tanamnya cukup tinggi. Namun, kelemahannya, pertumbuhan tanaman Stroberi tidak terlalu signifikan karena nutrisi di media tanamnya yang minim.
Pemangkasan & Pembibitan
Periode pemangkasan dilakukan dengan memangkas daun tua untuk memicu pembuahan sekaligus mengurangi kelembaban dan risiko penyakit. Aktivitas ini juga bisa dilakukan bersamaan dengan pembibitan. Divisi Pertanian Walungan melakukan pembibitan untuk menekan biaya pembelian bibit tanaman Stroberi yang cukup mahal bila dilakukan dalam jumlah yang banyak.
Proses pembibitan sendiri dilakukan ketika musim hujan. Saat itu, tanaman Stroberi sedang aktif melakukan pertumbuhan vegetatif dan sulur dibandingkan pembentukan buah. Pada periode ini, satu tanaman Stroberi bisa menghasilkan 6 – 10 anakan. Ketika sulur mulai tumbuh dan akar mulai muncul, segera masukan bakal anak tersebut ke dalam media tanam.
Media tanamnya sendiri harus imbang antara tingkat porositasnya dan kepadatannya. Pupuk yang digunakan pun harus dalam kondisi matang untuk mengurangi tingkat kepanasan pada media. Bila media tanam terlalu panas, umumnya daun Stroberi akan terbakar. Divisi Pertanian Walungan sendiri memiliki tiga alternatif media tanam anakan Stroberi, yaitu: pupuk Bokashi Sapi secara penuh, campuran pupuk Bokashi Sapi dan arang, serta campuran pupuk domba dan sekam bakar. Selama kurun waktu dua hingga tiga pekan, Divisi Pertanian Walungan sendiri berhasil melakukan pembibitan hingga delapan ribu bibit dari 15 ribu indukan.
Pemupukan
Kesuburan tanah selama masa tanam menjadi salah satu faktor kunci untuk menghasilkan panen yang berkuantitas dan berkualitas. Walungan sendiri membudidayakan Stroberi Mencir secara organik di Pasir Angling, Suntenjaya, Lembang. Tantangannya terdapat pada suplai pupuk organik dalam jumlah besar. Selain memakan biaya yang tinggi untuk menyediakan pupuk organik, distribusi pupuknya juga membutuhkan usaha yang besar.
Salah satu alternatifnya, Divisi Pertanian Walungan mengintegrasikannya dengan peternakan Lele. Dalam hal ini, dilakukan pemupukan secara Fertigasi, yaitu menggunakan air limbah kolam Lele sebagai pupuk cair untuk tanaman Stroberi. Air kolam Lele sendiri mengandung nutrisi Nitrogen dan Phosphor yang cukup tinggi. Kedua unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk pembentukan buah pada tanaman Stroberi. Adapun kebutuhan Kalium bisa menggunakan Kulit Pisang yang merupakan limbah pengolahan Selai Pisang Pasir Angling. Tambahan nutrisi lainnya berasal dari daun-daun tua tanaman Stroberi yang dipangkas dan disimpan di media tanam.
Dalam melakukan pemupukan, para petani harus berhati-hati terhadap kelebihan nutrisi pada tanaman. Stroberi sendiri merupakan tumbuhan yang sensitif terhadap kelebihan unsur hara. Bila hal tersebut terjadi, tumbuhan ini akan menunjukkan gejala langsung berupa daun yang tampak seperti terbakar.
Hama dan Penyakit
Beberapa hama Stroberi, di antaranya: kutu, belalang, ulat, semut, dan kumbang. Kutu sendiri memakan daun-daun muda tanaman Stroberi. Ada juga kutu yang menyebabkan daun mengkerut dan membuat pertumbuhan tanaman Stroberi menjadi anomali. Sedangkan semut memakan buah yang telah matang. Hadir pula kumbang kerap memakan habis daun dan buah Stroberi. Adapun dari segi penyakit, Stroberi berpotensi mengalami busuk daun dan buah, gosong daun dan akar, serta perubahan warna pada daun.
Pengendalian hama dan penyakit sendiri dilakukan secara organik dengan mengambil sumberdaya dari tanaman lokal yang melimpah di sekitar lahan. Periode penyemprotan sendiri dilakukan sebanyak tiga kali sehari. Penyemprotan bisa dilakukan lebih sering apabila tanaman terserang hama dan penyakit.
Saat ini, Divisi Pertanian Walungan mengimplementasikan tiga pengendali hama dan penyakit organik. Pertama, Pestisida Nabati dari Daun Talas. Cara mengolahnya, campurkan Daun Talas dan air dengan menggunakan blender, lalu fermentasikan selama 12 jam, dan setelahnya bisa disemprotkan. Kedua, Pestisida Nabati dari Buah Pir. Cara membuatnya, fermentasikan empat buah pir dan 100 gram madu. Larutan ini berhasil memulihkan penyakit daun mengkerut akibat kutu, setelah tanaman disemprot sebanyak dua kali sehari. Ketiga, Pestisida Nabati dari Akar Tuba. Cara membuatnya pun cukup dengan memfermentasikan Akar Tuba.
Meskipun demikian, pengendalian hama dan penyakit paling strategis dengan cara menciptakan agro-ekosistem Stroberi yang seimbang antara tanaman komoditas dengan lingkungannya, termasuk hama.***