Tentang

Apa Itu Walungan?

Kami meyakini bahwa setiap wilayah memiliki jati dirinya masing-masing. Dengan kata lain, jati diri wilayah adalah keadaan paling optimal bagi setiap wilayah, di mana ia akan memberikan kemakmuran terbaik bagi para penghuninya.

Kami percaya bahwa jati diri wilayah akan bisa diraih melalui penataan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terkait dengan wilayah tersebut. Artinya, ketika sebuah DAS bisa dikembalikan sesuai fungsi alamiahnya, maka hal ini akan mengembalikan wilayah tersebut kepada jati dirinya, seperti apa ia seharusnya. Pada titik inilah wilayah tersebut akan memberikan kemakmuran bagi para penghuninya.

Organisasi Walungan memiliki sebuah cita-cita, yaitu agar masyarakat dan alam di setiap daerah bisa hidup makmur karena tanah dan wilayah tersebut telah berfungsi sesuai fungsi alamiahnya —yaitu sesuai jati diri wilayahnya— sehingga ia pun memberikan kemakmuran bagi para penghuninya.

Untuk meraih cita-cita tersebut, Walungan berusaha mengadakan upaya-upaya untuk mengembalikan DAS menjadi sesuai dengan fungsi alamiahnya, dan juga membina masyarakat agar menata ruang hidup mereka dengan tidak melanggar fungsi alamiah DAS di wilayah mereka.

Untuk itu, Walungan berusaha untuk mewujudkan tata kelola masyarakat dan lingkungan. Dalam fungsi ini, maka Walungan berdiri sebagai sebuah lembaga riset integratif. Riset-risetnya akan terkait riset di bidang sains, humaniora, maupun teknologi, di mana semua riset akan menghasilkan panduan kehidupan bagi masyarakat untuk membangun tradisi dan budaya berkelanjutan yang tentunya akan selaras dengan siklus hidrologi setempat, karena akan sangat terkait dengan karakter DAS nya.

Pada akhirnya, rangkaian aktivitas ini diharapkan akan mampu mewujudkan model pembangunan masyarakat pedesaan yang peduli terhadap air, dan mampu diimplementasikan oleh masyarakat di Indonesia secara bebas, demi mencapai kemakmuran masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Wilayah Aktivitas

Untuk saat ini, seluruh aktivitas Walungan dipusatkan di wilayah geologis Cekungan Bandung. Kantor Pusat Lembaga Walungan berada di Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat. Area aktivitas risetnya saat ini sudah mencakup wilayah Hulu Daerah Aliran Sungai Cikapundung, dengan Pusat Riset berada di Kampung Pasir Angling, Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Wilayah Riset

Wilayah riset Walungan saat ini dibagi menjadi dua, yaitu wilayah Zona Produksi (disebut Segmen I) dan Zona Transfer Hulu Sungai Cikapundung (disebut Segmen II).

Segmen I terdiri dari tiga sub-segmen, yang masing-masing dibagi berdasarkan wilayah Daerah Aliran Sungai induknya, yaitu: Sub-Segmen IA DAS Cigulung, Sub-Segmen IB DAS Cikawari, dan Sub-Segmen IC DAS Cikapundung.

Segmen II merupakan wilayah kerja, yang lebih fokus kepada monitoring debit air yang bersumber dari Segmen I. Wilayah Segmen II ini berupa kawasan hutan yang minim aktivitas masyarakat.

Sejarah Walungan

Embrio Walungan secara lembaga bermula di tahun 2012, dari riset Dr. Zamzam Tanuwijaya, M.Si. tentang variabilitas debit Zona Transfer Sungai Cikapundung di daerah hulu Sungai Cikapundung. Riset tersebut merupakan bagian dari riset doktoralnya di Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

Setelah meraih gelar doktor pada tahun 2015, beliau berkomitmen untuk memberikan kontribusi hasil risetnya kepada masyarakat dengan aktivitas yang sesuai dengan bidangnya.

Komitmen ini kemudian menginspirasi beberapa periset dan pegiat lainnya untuk berkolaborasi untuk memberdayakan masyarakat di wilayah Daerah Aliran Sungai Cikapundung. Puncak komitmen dan kolaborasi ini diwujudkan dalam bentuk pengesahan Walungan secara hukum melalui keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia pada 16 Agustus 2017 dengan nama Yayasan Walungan Bhakti Nagari.

Makna Walungan

Nama “Walungan” diambil dari kosakata Bahasa Sunda yang berarti “Sungai”. Konsep sungai merujuk kepada aliran air dan wilayah sekitarnya, yang merupakan kawasan esensial dan sentral bagi manusia dan peradabannya. Secara tidak langsung, nama ini juga dekat dengan lingkup alam masyarakat Sunda yang selalu berkorelasi dengan air, yang tampak dari penamaan berbagai tempat di Jawa Barat yang mengandung kata-kata yang maknanya berhubungan dengan air, seperti: “Ci/cai”, “Leuwi”, dan “Situ”. Sedangkan dari sudut pandang khazanah agama Islam dan tasawuf, air juga merupakan simbol ilmu langit dan pengetahuan.

Lembaga Riset

Berangkat dari filosofi dasar pembentukannya, nama organisasi ‘Walungan’ menyiratkan sebuah lembaga yang fokus aktivitasnya adalah pada tata kelola air dan siklus hidrologi. Disamping itu, lembaga ini juga berupaya untuk membantu pemakmuran masyarakat melalui tata kelola pengetahuan dan ruang hidup mereka, agar terbentuk budaya dan peradaban yang selaras dengan alam dan kelestarian siklus natural hidrologi.

Adapun kedudukannya sebagai Lembaga Riset Integratif merupakan sebuah wadah yang dilandasi oleh semangat kolaborasi berbagai bidang yang saling menguatkan demi pemakmuran masyarakat lewat tata kelola DAS dan riset hidrologi. Produk aktivitas riset tersebut diharapkan mampu menghasilkan gambaran yang menyeluruh tentang Daerah Aliran Sungai dan hubungannya dengan masyarakat, sekaligus berdampak secara positif terhadap manusia dan alam di sekitarnya.

Dalam aktivitasnya, Walungan mengembangkan pusat riset berbasis kompetensi perisetnya, dan juga prioritas isu di wilayah penelitiannya. Sejauh ini Walungan memiliki dua pusat riset, yaitu Pusat Riset Iklim & Lingkungan yang dipimpin oleh Dr. Zamzam A.J. Tanuwijaya, M.Si., dan Pusat Riset Kinerja Bangunan yang dipimpin oleh Dr. Ery Djunaedy, S.T., M.Sc.