Pasir Angling, Lembang,

Pasir Angling terletak di Desa Suntenjaya, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat. Kampung seluas 46 ribu Kilometer persegi ini berada di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut dan terletak di kaki gunung Bukit Tunggul. Wilayahnya berbatasan langsung dengan area hutan, baik hutan hujan tropis yang menutupi keseluruhan permukaan gunung Bukit Tunggul, maupun hutan pinus milik perhutani yang ada di wilayah sekitar kaki gunung.

Pada tahun 2018, Kampung Pasir Angling dihuni oleh sekitar 600 orang dengan 150 kepala keluarga (Rifandini, 2018). Secara administratif, mereka terbagi menjadi dua RW, yaitu RW 07 yang terletak di sisi timur kampung dan RW 16 yang terletak di sisi barat kampung. Sebagian besar masyarakat kampung Pasir Angling berprofesi sebagai pekebun sayuran dan peternak sapi perah.

Gunung Bukit Tunggul sendiri terletak di bagian utara Kota Bandung, Jawa Barat. Ketinggian gunung ini mencapai 2.212 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian ini, Bukit Tunggul menjadi gunung tertinggi di kawasan Bandung utara. Posisinya yang berada di tengah-tengah area pegunungan dan sesar Bandung, membuat Gunung Bukit Tunggul memiliki peran strategis sebagai hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Bandung, khususnya sebagai hulu sub-DAS Cikapundung. Kualitas dan kuantitas aliran air sungai Cikapundung banyak ditentukan oleh kelestarian alam dan aktivitas manusia di gunung Bukit Tunggul, termasuk masyarakat di sekitarnya.

Sejak tahun 2012, tim Walungan Bhakti Nagari mulai memonitor kondisi lingkungan dan air di wilayah Pasir Angling dengan memasang perangkat pengamat cuaca (Automatic Weather Station – AWS) dan pemantau aliran air (Automatic Water Level Recording – AWLR). Selain itu, Walungan juga melakukan riset di bidang pertanian dan peternakan integratif sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Riset ini juga sebagai bentuk pembangunan model tata wilayah di kawasan hulu DAS sebagai bagian dari pembangunan kemakmuran masyarakat.

Margasari, Buahbatu

Buahbatu merupakan sebuah kecamatan di Kota Bandung dengan luas sekitar 7,46 Kilometer persegi dengan ketinggian 670 meter di atas permukaan laut. Kecamatan ini terbagi menjadi empat kelurahan, 55 Rukun Warga (RW), dan 374 Rukun Tetangga (RT). 

Pada tahun 2023, jumlah penduduk di kecamatan ini mencapai 106.834 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 14.320 jiwa per Kilometer persegi. Berdasarkan catatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung, penduduk Buahbatu didominasi oleh usia produktif dengan rasio jenis kelamin yang seimbang. Hal ini memperlihatkan bahwa penduduk Buahbatu memiliki tingkat potensi ekonomi yang cukup kuat. 

Dari segi pekerjaan, sebanyak 27 persen penduduk kecamatan ini berprofesi sebagai pegawai swasta, BUMN/BUMD, dan wiraswasta; 21 persen merupakan pelajar atau mahasiswa; 6 persen sebagai aparatur sipil negara, tenaga medis, pengajar, serta pensiunan, sedangkan 46 persen sisanya memiliki profesi lainnya. Adapun dari segi pendidikan, mayoritas penduduk Buahbatu berpendidikan SMA atau sederajat sebanyak 29.754 jiwa, di posisi kedua berpendidikan sarjana atau diploma IV sebanyak 16.747 jiwa, posisi ketiga pendidikan SMP sederajat sebanyak 12.543 jiwa, serta 10.166 jiwa merupakan tamatan SD. Selain itu, sejumlah 20.135 jiwa belum bersekolah dan 8.330 masih bersekolah di SD. Penduduk berpendidikan Diploma sebanyak 6.722 jiwa, sedangkan 2.437 jiwa berpendidikan magister dan doktor.

Sejak tahun 2017, tim Walungan berkiprah di Buahbatu sebagai bagian dari riset lingkungan dan pola masyarakat Kota Bandung terkait wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). Dalam konteks ini, kota Bandung mewakili wilayah Daerah Aliran Sungai di area perkotaan dan padat penduduk. Riset ini dirumuskan melalui beberapa program lingkungan, di antaranya: tata kelola sampah perkotaan, tani pekarangan, dan penataan bantaran sungai serta pendidikan lingkungan hidup. Selain itu, Walungan juga mendirikan perangkat pengamat cuaca di RW 04, Margasari, Buahbatu sebagai bagian dari pengamatan kondisi lingkungan sekaligus pendidikan bagi warga dan siswa sekolah di sekitarnya.

Mandalasari, Cikancung

Mandalasari terletak di Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dengan ketinggian 729 meter di atas permukaan laut. Desa ini memiliki luas sebesar 5,32 Kilometer persegi dan merupakan desa terluas di Kecamatan Cikancung dengan luas mencapai 13,05 persen dari keseluruhan wilayah kecamatan. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2020, Mandalasari memiliki penduduk sebanyak 9.649 jiwa yang tersebar di 15 Rukun Warga (RW) dan 50 Rukun Tetangga (RT). Laju pertumbuhan penduduknya mencapai 1,8 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.814 jiwa per Kilometer persegi. Rasio antara laki-laki dan perempuan cukup imbang dengan jumlah laki-laki sembilan persen lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan.

Berdasarkan data statistik Kabupaten Bandung tahun 2024, desa Mandalasari memiliki potensi ekonomi di bidang pertanian. Merujuk ke data kecamatan, Cikancung memiliki potensi besar di bidang pertanian tanaman obat-obatan (biofarmaka). Pada tahun 2023, panen jahe mencapai 96 ton. Produksi ini mengalami penurunan 21 ton dari panen tahun sebelumnya yang mencapai 117 ton. Adapun panen kunyit mencapai 27,5 ton pada tahun 2022, dan naik tipis sebanyak 27,8 ton pada tahun 2023. Meskipun berpotensi besar dalam bidang pertanian, luas lahan pertanian biofarmaka di Cikancung mengalami penurunan dari 51.859 hektar pada tahun 2022 menjadi 20 ribu hektar pada tahun 2023.

Selain tanaman biofarmaka, Cikancung juga memiliki potensi pertanian di bidang sayuran. Pada tahun 2022, kecamatan ini menghasilkan sekitar 7.348 ton sayuran dari 368 hektar lahan, dan mengalami penurunan hingga 3.648 ton dari 181 hektar lahan pada tahun 2023. Adapun komoditas sayuran yang ditanam di kecamatan Cikancung, antara lain: cabai, bawang merah, kubis, tomat, dan buncis.

Walungan mulai berkiprah di Mandalasari sejak tahun 2011 dan fokus dalam bidang literasi dan pendidikan, khususnya pendidikan untuk anak usia dini. Dalam beberapa tahun belakangan ini, Walungan mulai mengembangkan riset di sektor pertanian dalam bidang tanaman buah-buahan. Mandalasari sendiri mewakili wilayah hulu Daerah Aliran Sungai. Wilayah Cikancung beserta kawasan Gunung Masigit Kareumbi di Cicalengka merupakan hulu DAS Citarum dengan sub-DAS Citarik. Riset DAS di wilayah ini ditujukan untuk memetakan pola aktivitas manusia di wilayah Mandalasari dan dampaknya terhadap sub-DAS Citarik.

Tasikmalaya