Lokakarya Penanganan Sungai Citarum

Seperti diketahui bersama Sungai Citarum sungai memiliki panjang 269 km merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat. Sungai ini merupakan pusat peradaban tua dunia, dimana pernah tumbuh dan punah beberapa peradaban dan kebudayaan besar sepanjang aliran Sungai Citarum.

Diantara point-point Penanganan Sungai Citarum dihari pertama:
1. Penanganan sungai perlu melibatkan semua pihak, belum ada satu komando  (Gubernur Jawa Barat).
2. Perbaikan sungai harus di mulai dari hulu, penanaman pohon tegakkan penting, namun yang lebih penting lagi perawatan pasca penanaman. Bukan berapa jumlah yang di tanam namun berapa pohon yang hidup pasca tanam (Pangdam III Siliwangi).
3. Dampak kerusakan EKOSISTEM lebih berbahaya daripada terorisme (Pangdam III Siliwangi).
4. Perlu ada pengolahan IPAL komunal (Desperindag,BPPT)
5. Hukum harus di tegakkan (Bareskrim POLRI).
6. Di tingkat hilir/pantai terjadi abrasi dan jumlah tangkapan ikan nelayan (Bekasi) tiap tahun mengalami penurunan (Komunitas Patroli Sungai).
7. Penanganan Sungai Citarum memerlukan peran Ulama (Pangdam III Siliwangi).
8. Daerah yang kering perlu ada tempat/di perbanyak alat/tempat pengolahan air hujan (BPPT).
9. Izin usaha industri akan di perketat, apalagi industri yang berdekatan dengan mata air (DESPERINDAG)

citarum
Solusi penanganan Sungai Citarum, secara tanggung jawab berada di  Gubernur Jawa Barat dan Teknis (Komdal = Komando Pengendalian) berada di Pangdam III Siliwangi. Solusi ini belum memiliki payung hukum yang kuat. Pengajuan  payung hukumnya sedang digodok pemerintah pusat.

Sayangnya pada lokakarya ini, tidak melibatkan unsur DEPHUT, DISNAK, BMKG yang merupakan lembaga-lembaga yang mestinya terlibat dalam penanganan bersama Sungai Citarum.

Sungai Cikapundung merupakan sungai yang  mengalir dan bersatu dengan dengan 34 sungai lainnya menuju Sungai Citarum. Sungai Cikapundung penyuplai terbesar limbah yang mengandung bakteri E. Coli dan Salmonella. Sungai Citarum mendapat predikat 5 besar dunia, sebagai sungai yang paling tercemar.

Pencemaran di akibatkan dari
1. Limbah domestik
2. Limbah industri
3. Limbah peternakan dan pertanian

Di hulu Sungai Cikapudung, penanganan limbah yang perlu di benahi adalah limbah pertanian dan limbah peternakan. Limbah pertanian ada di sisi penggunaan pupuk dan peptisida an organik yang sudah melebihi ambang batas. Penggunaan pupuk dan peptisida an organik mengakibatkan ekosistem tanah menjadi tidak seimbang, tanah menjadi rusak, mudah tergerus air hujan, penyerepan air hujan menjadi tidak optimal, air hujan jadi mudah meluncur ke sungai sehingga terjadi pengendapan. Kandungannya ke tingkat hilir/laut (muara) mengakibatkan ekosistem laut rusak, nelayan menjadi sulit untuk mendapatkan ikan.

ciatrum

Pada sektor peternakan, feses dan urine masih di buang ke sungai. Ekosistem sungai menjadi rusak. Diperlulan konsistensi semua pihak dalam penanganan limbah sungai. Jika menengok bagaimana pentingnya sungai untuk PLTA, sumber baku PDAM dan lainnya.

Sebuah peradaban di dunia umumnya berada dalam DAS (Daerah Aliran Sungai). Semua sungai mempunyai mata air di hulunya.  Maka ditingkat hulu (hutan)  pun sebagai sumber mata air dan penyimpan air harus di jaga dan di lestarikan.

Penanaman pohon tegakkan di hulu (hutan) dalam merawat ” sirah cai” (mata air) dengan konsep techno-ecologi dapat di aplikasikan dengan program integrasi pertanian dan peternakan. Ini adalah satu dari aktivitas kami, para pegiat yang tergabung di walungan.org. Tentunya diperlukan sentuhan Agama, Sosial, Budaya atau Kearifan lokal, sejarah setempat dapat pula di gali sebagai upaya dalam menjaga lingkungan.

Pada hari kedua, diadakan tinjauan lapangan  ke daerah Nanjung Cimahi. Pangdam III Siliwangi langsung terjun ke lapangan. Di sesi lapangan ini, karena kompleksnya masalah   permasalahan DAS Citarum, Pangdam menekankan perlu ada pembenahan di Hulu. Mata air perlu di jaga. Sayang sekali Dinas terkait tdk punya data debit mata air, di singgung oleh semua narasumber debit mata air mengalami penurunan, namun tidak memiliki data yang akurat.

Untuk itu, riset kami perihal instrumentasi pengukuran debit mata air dan kualitas air, yang sedang kami garap, diharapkan ke depan memiliki kontribusi nyata untuk penanganan Sungai-sungai atau Manajemen DAS di Indonesia. Khususnya di tingkat lokal terlebih dahulu, yakni hulu Sungai Cikapundung, yang sedang kami tangani.

Post a comment